Diabetes mellitus dan metabolisme
karbohidrat adalah dua mata rantai yang tidak dapat dipisahkan. Keterkaitan
antara metabolisme karbohidrat dan diabetes mellitus dijelaskan oleh keberadaan
hormon insulin. Penderita diabetes mellitus mengalami kerusakan dalam produksi
maupun sistem kerja insulin, sedangkan insulin sangat dibutuhkan dalam
melakukan regulasi metabolisme karbohidrat. Akibatnya, penderita diabetes
mellitus akan mengalami gangguan pada metabolisme karbohidrat.
Insulin adalah hormon yang bertugas
untuk menjaga kadar gula atau glukosa dalam darah. Setiap sel dalam tubuh
membutuhkan suplai glukosa yang berkesinambungan untuk diproses menjadi energi.
Sel tidak bisa secara langsung menyerap glukosa dari makanan. Ketika makan
karbohidrat, tubuh akan merubah karbohidrat menjadi glukosa. Kemudian glukosa
ini akan dibawa melalui aliran darah menuju sel-sel dalam tubuh. Namun, karena
molekul glukosa tidak bisa menembus dinding sel maka diperlukan bantuan insulin
untuk membuka sel-sel tubuh agar gula darah bisa memasuki sel-sel untuk
kemudian diubah menjadi energi dan menjaga glukosa tetap berada dalam sel. Glukosa
juga disimpan dalam hati dalam bentuk glikogen kemudian diubah dalam jaringan
adiposa menjadi lemak dan trigliserida. Insulin memfasilitasi proses tersebut.
Insulin akan meningkatkan pengikatan glukosa oleh membran sel, meningkatkan
level glikogen (glikogenesis) di hati, mengurangi pemecahan glikogen
(glikogenolisis) di hati, meningkatkan sintesis asam lemak, menurunkan
pemecahan asam lemak menjadi badan keton, dan membantu penggabungan asam amino
menjadi protein.
Insulin disekresi sebagai respon
atas meningkatnya konsentrasi glukosa dalam plasma darah. Konsentrasi ambang
untuk sekresi tersebut adalah kadar glukosa pada saat puasa yaitu antara 80-100
mg/dL. Respon maksimal diperoleh pada kadar glukosa yang berkisar dar 300-500
mg/dL. Insulin yang disekresikan dialirkan melalui aliran darah ke seluruh tubuh.
Gula darah yang tinggi merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin dalam
jumlah yang tinggi. Peningkatan rasio gula darah disebabkan karena terjadi
percepatan laju metabolisme glikogenolisis dan glukoneogenesis yang terjadi
pada hati. Jika hal ini berlangsung lama akan terjadi resistensi insulin, yaitu
menurunnya kerja pankreas dalam menghasilkan insulin.
Penderita dengan kadar gula yang
sangat tinggi maka gula tersebut akan dikeluarkan melalui urine. Gula disaring
oleh glomerolus ginjal secara terus menerus, tetapi kemudian akan dikembalikan
ke dalam sistem aliran darah melalui sistem reabsorpsi tubulus ginjal.
Kapasitas ginjal mereabsorpsi glukosa terbatas pada laju 350 mg/menit. Ketika
kadar glukosa sangat tinggi, filtrat glomerolus mengandung glukosa di atas
batas ambang untuk direabsorpsi. Akibatnya kelebihan glukosa tersebut
dikeluarkan melalui urine. Gejala ini disebut glikosuria, yang merupakan
indikasi lain dari penyakit diabetes mellitus. Glikosuria ini megakibatkan
kehilangan kalori yang sangat besar. (Mayes, 2003)
Gambaran klinis penyakit diabetes
mellitus menurut Corwin (2001) antara lain sebagai berikut :
1.
Poliuria ( peningkatan pengeluaran urin
)
Perubahan yang utama akibat
hiperglikemia adalah hiperosmolalitas. Peningkatan konsentrasi glukosa darah
dan osmolalitas darah menimbulkan dehidrasi.
Apabila konsentrasi glukosa darah melebihi ambang batas ginjal maka
terjadi diuresis osmotik. Diuresis osmotik
inilah yang menimbulkan peningkatan pengeluaran urin (poliuria).
2.
Polidipsia (peningkatan rasa haus )
Polidipsia terjadi akibat volume
urin yang sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi
ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti
dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti
penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran
Anti Diuretik Hormon (ADH) dan menimbulkan rasa haus.
3.
Polifagia (peningkatan rasa lapar )
Ketidaksediaan
glukosa dalam sel juga mengakibatkan
terjadinya glukoneogenesis secara berlebihan. Sel-sel hati akan meniungkatkan
produksi glukosa dari substrat lain, salah satunya adalah dengan merombak
protein. Asam amino hasil perombakan ditransaminasi sehingga dapat menghasilkan
substrat atau senyawa antara dalam pembentukan glukosa. Peristiwa berlangsung
terus-menerus karena insulin yang membatasi glukoneogenesis sangat sedikit atau
tidak ada sama sekali. Glukosa yang dihasilkan kemudian akan terbuang melalui
urine. Akibatnya, terjadi pengurangan jumlah jaringan otot dan jaringan adiposa
secara signifikan. Penderita akan kehilangan berat tubuh yang hebat meskipun
terdapat peningkatan selera makan (polifagia) dan asupan kalori normal atau
meningkat.
Seorang penderita diabetes
dianjurkan untuk berolahraga. Olahraga secara teratur sangat penting bagi
penderita diabetes karena dapat mengontrol kadar gula darah serta menurunkan
berat badan dan tekanan darah. Olahraga dapat membantu mengontrol kadar gula
darah adalah karena pada saat olahraga, sel-sel di otot bekerja lebih keras
sehingga lebih membutuhkan gula dan oksigen untuk dibakar menjadi tenaga
dibandingkan saat beristirahat. Olahraga juga membantu kerja dari insulin
karena gula dalam darah dialirkan ke dalam sel otot untuk dirubah menjadi
energi sehingga otomatis kadar gula didalam darah akan menurun sehinga akan
meringankan kerja dari insulin. Olahraga yang dianjurkan untuk penderita diabetes adalah
olahraga aerobic low impact dan rithmis seperti senam, jogging, berenang dan
naik sepeda. Porsi latihan juga harus diperhatikan. Penentuan porsi latihan
tersebut harus memperhatikan intensitas latihan, lama latihan dan frekuensi
latihan.
Daftar pustaka besok lagi jangan lupa ya kak :) Jangan cuma sitasinya hehe
BalasHapusTapi terimakasih sy sgt terbantu
BalasHapus